Candi-candi
di Indonesia berbeda dengan candi-candi yang ada di India yang
berfungsi sebagai tempat peribadatan atau kuil. Candi yang ada di
Indonesia hanya mengambil unsur-unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra,
yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan. Untuk itu dilihat dari bentuk
dasar maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar
bangunan candi di Indonesia adalah punden berundak-undak yang merupakan
salah satu peninggalan kebudayaan Megalithikum.
Bangunan
Candi itu ada yang terkait dengan agama Hindu dan juga agama Buddha.
Candi sebagai tempat pemakaman hanya terdapat dalam agama Hindu.
Candi-candi Buddha dimaksudkan sebagai tempat pemujaan dewa saja. Di
dalamnya tidak didapatkan Pripih. Candi agama Hindu, contohnya adalah
Candi Prambanan, dan candi agama Buddha adalah Candi Borobudur. Kedua
candi tersebut memiliki perbedaan, yaitu pada bagian puncak candi.
Puncak candi agama Hindu berbentuk ratna. Sedangkan puncak candi agama Buddha berbentuk stupa.
Perbedaan candi juga didasarkan pada letaknya, yaitu candi di Jawa Tengah dan candi yang terdapat di Jawa T imur. Perbedaan bentuk-bentuk candi di kedua daerah tersebut antara lain:
a. bentuk bangunan candi Jawa Tengah tambun, sedangkan candi Jawa Timur lebih ramping;
b. candi Jawa Tengah atapnya berundak-undak, sedangkan candi Jawa Timur merupakan perpaduan tingkatan;
c. candi Jawa Tengah puncaknya berbentuk ratna atau stupa, sedangkan candi Jawa Timur berbentuk kubus;
d. gawang
pintu dan relung candi Jawa Tengah berhiaskan kala makara, sedangkan
candi Jawa Timur makaranya tidak ada, dan pintu serta relung hanya
ambang atasnya saja yang diberi kepala kala;
e. candi
Jawa Tengah reliefnya timbul agak tinggi dan lukisannya naturalisme,
sedangkan candi Jawa Timur reliefnya tidak terlalu timbul dan lukisannya
simbolis menyerupai wayang kulit;
f. candi Jawa Tengah, candi induk letaknya di tengah halaman, sedangkan candi Jawa Timur, candi induk letaknya di belakang halaman;
g. candi Jawa Tengah kebanyakan menghadap ke Timur, sedangkan candi Jawa Timur menghadap ke Barat;
h. candi Jawa Tengah kebanyakan terbuat dari batu andesit, sedangkan candi Jawa Timur terbuat dari bata atau terakota.
Candi
sebagai bangunan terdiri dari tiga bagian penting, yaitu kaki candi,
tubuh candi, dan atap. Setiap bagian candi tersebut memiliki arti dan
tujuan tersendiri:
a. Kaki Candi
Kaki
candi memili simbol sebagai dunia bawah tanah atau bhurloka. Denahnya
bujur sangkar, dan biasanya agak tinggi. Serupa batur, dan dapat dinaiki
melalui tangga yang menuju terus ke dalam bilik candi. Di dalam kaki
candi itu, di tengah-tengah, ada sebuah perigi tempat menanam Pripih.
b. Tubuh Candi
Tubuh
candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudannya. Arca
ini berdiri di tengah bilik, jadi tepat di atas perigi, dan menghadap ke
arah pintu masuk candi. Dinding-dinding bilik di bagian luarnya di beri
relung-relung yang diisi dengan arca-arca. Relung sebelah selatan di
isi Arca Siwa, bagian utara Arca Durga, dan bagian belakang (Barat atau
Timur tergantung arah menghadapnya candi) diisi Arca Ganesha.
c. Atap Candi
Atap candi adalah bagian atas candi yang menjadi simbol dunia atas atau swarloka. Atap candi selalu terdiri atas susunan tiga tingkatan, yang pada umunya semakin ke atas semakin kecil ukurannya yang bagian ujungnya di beri semacam ratna atau stupa. Di dalam atap candi terdapat rongga
kecil yang dasarnya berupa batu segi empat berpahatkan gambar teratai
merah sebagai takhta dewa. Pembuatan rongga itu ditujukan sebagai tempat
bersemayam sementara sang dewa.
Candi-candi jenis Jawa Tengah di bagian utara, yang terpenting adalah:
a. Candi Gunung Wukir dekat Magelang, yang berhubungan dengan prasasti Canggal tahun 732;
b. Kelompok
Candi Dieng, yang terdiri atas berbagai candi yang oleh penduduk diberi
nama-nama wayang, seperti Bima, Samiaji, Arjuna, Gatutkoco, Semar,
Srikandi, Dwarawati, dan sebagainya. Di dekat Candi Arjuna didapatkan
sebuah prasasti yag bertanggal tahun 809;
c. Kelompok Candi Gedong Songo di lereng Gunung Ungaran;
d. Motif arsitektur yang sama juga terletak di Candi Badut dekat Malang, yang berhubungan dengan Prasasti Dinoyo tahun 760.
Candi-candi jenis Jawa Tengah di bagian selatan, yang terpenting adalah:
a. Candi Kalasan, dekat Yogyakarta yang didirikan dalma tahun 778;
b. Candi Sari, letaknya di dekat Candi Kalasan;
c. Candi
Borobudur, yang dalam bentuk dasarnya merupakan punden berundak-undak
tetapi disesuaikan dengan agama Buddha Mahayana untuk menggambarkan kamadhatu (bagian kaki yang tertimbun dan tertutup oleh susunan batu-batu rata), rupadhatu
(bagian yang terdiri atas lorong-lorong dengan pagar-pagar tembok dan
penuh hiasan serta relief-relief yang seluruhnya sampai 4 km
panjangnya), dan arupadhatu (bagian atas yang terdiri atas
batur-batur bundar, dengan lingkaran-lingkaran stupa yang semuanya tidak
dihiasi sama sekali). Puncaknya berupa stupa yang besar sekali. Arca
Buddha di Borobudur banyak sekali, diperkirakan berjumlah 505 buah;
d. Candi
Mendut, di sebelah timur Candi Borobudur, yang di dalamnya memuat 3
arca batu besar sekali, yaitu Buddha diapit oleh Padmapani dan
Wajrapani;
e. Kelompok
Candi Sewu, di dekat desa Prambanan, yang terdiri atas sebuah candi
induk dikelilingi oleh kurang lebih 250 buah candi-candi perwara yang
tersusun dalam 4 baris;
f. Kelompok
Candi Plaosan, di sebelah timur Candi Sewu, yang terdiri atas 2 buah
candi induk dikelilingi oleh 2 baris stupa dan 2 baris candi perwara;
g. Kelompok
Candi Loro Jonggrang di desa Prambanan. Yang disusun demikan sehingga
candi induknya untuk Siwa diapit oleh candi-candi untuk Brahmana dan
Wisnu dan dengan beberapa candi perwara lainnya merupakan pusat kelompok
yang dikelilingi oleh lebih dari 200 buah candi perwara yang tersusun
menjadi 4 baris.
Candi-candi jenis Jawa Timur, yang terpenting adalah:
a. Candi Kidal, letaknya dekat Malang, disebut juga Candi Anusapati;
b. Candi Jago, letaknya dekat Malang, di sebut juga Candi Wisnudharma;
c. Candi Singosari, letaknya dekat Malang, disebut juga Candi Kertanagara;
d. Candi Jawi, letaknya dekat Prigen;
e. Kelompok
Candi Panataran, letaknya dekta Blitar, yang halamannya terbagi atas 3
bagian sedangkan candi induknya terletak di bagian belakang;
f. Candi Jabung, letaknya dekat Kraksaan, berupa bangunan stupa yang besar dan tinggi;
g. Kelompok
Candi Muara Takus, letaknya di dekat Bangkinang, yang terdiri atas
beberapa bangunan, di antaranya yang masih tegak sebuah stupa yang bulat
tinggi;
h. Kelompok Candi-candi Gunung Tuo, letaknya di dekat Padang Sidempuan yang terdiri atas berbagai biaro
sebagai candi-candi induk yang letaknya tersebar dan berjauhan. Dari
arca-arca dan tulisan-tulisan yang didapatkan dapat diketahui dengan
jelas sifat-sifatnya Tantrayana.
Bangunan-bangunan
lain yang juga sering disebut sebagai candi adalah gapura-gapura.
Masyarakat awam yang berada di sekitar bangunan memang menyebutnya
sebagai candi karena bentunknya memang mirip candi, namun sebenarnya
hanyalah berupa bangunan yang mirip pintu masuk menuju ke suatu tempat.
Gapura mempunyai dua bentuk yang berbeda, yaitu padu raksa dan candi
bentar. Pola padu raksa dapat kita lihat pada Candi Bajag Ratu yang
bagian atas kedua candi tersebut menyatu. Jenis gapura yang kedua adalah
yang bentuknya seperti bangunan candi yang dibelah dua, sebagai tempat
jalan keluar masuk. Gapura yang semacam ini yang sering disebut sebagai
candi, contohnya adalah Candi Waringin Lawang.
2 comments:
antara candi hindu dan budha menurutku lebih artistik candi hindu deh!
antara candi hindu dan budha menurutku lebih artistik candi hindu deh!
Post a Comment