Tujuan utama mahkluk hidup melakukan
reproduksi adalah untuk melestarikan jenisnya agar tidak punah. Sistem dan
system reproduksi ada 2 yaitu reproduksi pada pria dan reproduksi pada wanita.
System reproduksi pada pria meliputi organ reproduksi, spermatogenensis, dan hormone-hormon pada pria. Organ reproduksi atau organ kelamin pria dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian luar dan dalam.
Organ Reproduksi Dalam Terdiri dari terstis, saluran pengeluaran, dan kelenjar asesoris.Testis atau gonad jantan berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum atau kantung pelir. Berjumlah sepasang, dan terdapat di bagian tubuh kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. Fungsi testis adalah sebagai alat untuk memproduksi sperma dan hormone kelamin jantan yang disebut testosterone. Dinding tubulus seminiferous tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal atau jaringan epitelium benih, yang berfungsi pada saat spermatogenesis atau proses pembentukan sperma. Sperma kemudian dilepaskan dari lapisan teratas epitelium germinal kedalam lumen pada tubulus seminiferous. Pintalan-pintalan tubulus seminiferous terdapat di ruang-ruang testis atau disebut lobulus testis. Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis.
Saluran pengeluaran terdiri dari epididymis, vas deferens,
saluran ejakulasi, dam uretra. Epididimis merupakan tempat penyimpanan
sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens.
Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididymis
menuju kantung semen atau vesikula seminalis. Saluran ejakulasi berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar
masuk ke dalam uretra. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal
dari kentung semen dan untuk membuang urine dari kantung kemih. Lalu
selanjutnya ada kelenjar asesoris yang merupakan saluran pengeluaran yang pada
saat tersebut terjadi penambahan berbagai getah kelamin yang dihasilkan oleh kelenjar
asesoris. Getah-getah tersebut berfungsi untuk mempertahankan hidup dan
pergerakkan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar yang terdiri dari
vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar cowper. Vesikula seminlis
merupakan kelenjar berlekukuk-lekuk yang terletak dibelakang kantung kemih.
Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber
makanan bagi sperma. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung
kolestrol, garam, dan foffolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma,
Sedangkan kelenjar cowper atau kelenjar bulbowretra merupakan kelenjar yang
salurannya yang langsung menuju uretra dan menghasilkan getah yang bersifat
alkali.
Organ reproduksi luar terdiri dari penis
dan skrotum.
Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua
rongga yang terletakj dibagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa.
Satu rongga lagi berada dibagian bawah yang berupa jaringan spons korpus
spongiosum. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang
ujung-ujungnya terdapat saraf perasa. Bila ada rangsangan rongga tersebut akan
terisi penuh oleh darah sehingga penis menjadi tegang dan mengembang(ereksi).
Skrotum merupakan kantung yang didalamnya berisi testis. Berjumlah sepasang
yang dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos(otot dartos).
Otot dartos berfungsi untukmenggerakkan skrotum sehingga dapat mengerut dan
mengendur. Di dalam skrotum juga terdapat serat-serat otot yang berasal dari
penerusan otot lurik dinding perut yang disebut otot kremaster. Otot ini
bertindak sebagai pengatur suhu lingkungan testis agar kondisinya stabil proses
pembentukan sperma atau spermatogenesis membutuhkan suhu yang stabil yaitu
beberapa derajat lebih rendah dari pada suhu tubuh. Spermatogenesis merupakan
proses pembenmtukan sperma yang terjadi didalam testis, tepatnya pada tubulus
seminiferous. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui
proses pembelahan dan diferensiasi sel. Tujuannya untuk membentuk sperma
fungsional. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferous yang kemudian
disimpan dalam epididymis. Tubulus seminiferous terdiri dari sejumlah besar sel
epitel germinal atau sel epitel benih yang disebut spermatogenia. Sebagian dari
spermatogenia berdiferensiasi melalui tahap tahap perkembangan tertentu untuk
membentuk sperma.
Sistem reproduksi wanita meliputi organ reproduksi
dan proses oogenesis, fertilisasi, kehamiln, dan persalinan. Organ reproduksi
pada wanita meliputi organ reproduksi dalam dan organ reproduksi luar.
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi. Ovarium atau indung telur berjumlah sepasang berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm. ovarium berperan secara bergantian untuk menghasilkan ovum. Ovarium juga menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi. Saluran reproduksi wanita terdiri dari oviduk, uterus, dan vagina.
Organ reproduksi luar wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis yang merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak mengandung jaringan lemak. Bawah mons pubis terdapat labium mayor yang berjumlah sepasang. Didalam labium mayor terdapat labium minor. Labium mayor dan minor berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan mayor dan minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris mengandung korpus kavernosa. Pada vulva bermuara 2 saluran, saluran uretra dan saluran kelamin. Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum pada ovarium. Didalam ovarium terdapat oogonium, oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi setelah oosit sekunder memasuki oviduk namun sebelum itu oosit harus menembus korona radiate dan juga zona pelusida, di sperma bagian akrosomnya mengeluarkan hialurodinidase, akrosin, dan antifertilizin. Fungsi dari fertilizing itu sendiri mengaktifkan sperm, menarik dan mengumpulkan sperma. Kehamilan atau disebut gestasi, zigot dakan ditanam pada endometrium uterus, dalam perjalanannya zigot membelah diri secara mitosis berkali kali, hasil pembelahannya disebut morula. Morula akan tersu membelah membentuk blastosit tahap ini disebut blastula. Blastosit terdiri dari sel bagian luar dan sel bagian dalam. Pada sel bagian luar merupakan sel sel trofoblas yang membentuk tonjolan tonjolan yang berfungsi sebagai kait. Dan beberapa macam membrean kehamilan yaitu sakus vitelinus, korion, amnion, dan allantois. Sedangkan sel sel bagian dalam akan berkembang menjadi bakal embrio, pada bakal embrio ini terdapat ectoderm dan endoterm. Ectoderm melekuk membentuk lipatan mesoderm. Lapisan tersebut selanjutnya membentuk organogenesis. Ectoderm akan membentuk saraf, mata, kulit, dan hidung. Sedangkan mesoderm membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, dan kelenjar kelamin. Sedangkan endoderm system pencernaan dan system pernapasan. Dan selanjutnya masa penyempurnaan disebut juga sebagai masa janin atau fetus. Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada proses ini uterus akan berkontraksi secara berkala hngga bayi dilahirkan. Hormone yang berpengaruh terhadap kontraksinya uterus adalah estrogen, oksitosin, dan relaksin. Dan berbagai macam factor mekanis adalah adanya relaksasi otot pada uterus dan serviks, da nada juga kontraksi otot polos di sekitar uterus. Laktasi atau disebut juga produksi air susu berasal dari sepasan kelenjar susu atau payudara ibu. Pada awalnya pembentukan kelenjar susu dibentuk oleh mammotropin, selanjutnya prolactin yang berfungsi meningkatkan sekresi air susu. Dan yang terakhir somatomamotropin korion berfungsi sebagai penyokong prolactin. Keuntungan dalam pemberian ASI pada bayi di dalam ASI terkandung komponen yang sangat spesifik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pada bayi, meningkatkan iq anak, dan terbentukanya ikatan emosional yang kuat antara sang ibu dan sang bayi. Gangguan pada system reproduksi wanita gangguan mestruasi adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3-6 bulan, kanker genitalia terjadi pada vagina serviks dan ovarium, kanker serviks adalah sel sel abnormal tumbuh disekitar epitel serviks, kanker ovarium, endometriosis adalah keadaan dimana endometrium terdapat diluar uterus, dan infeksi vagina. Sedangkan ganggunan sitem produksi pada pria hipogonadisme yaitu penurunan fungsi testis, kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Urethritis yaitu peradangan uretra, prostatitis yaitu peradangan prostat, epididymitis yaitu infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria, orkitis yaitu peradangan pada testis oleh virus parotitis.
Organ reproduksi dalam wanita terdiri dari ovarium dan saluran reproduksi. Ovarium atau indung telur berjumlah sepasang berbentuk oval dengan panjang 3-4 cm. ovarium berperan secara bergantian untuk menghasilkan ovum. Ovarium juga menghasilkan hormone estrogen dan progesterone. Ovum yang dihasilkan ovarium akan bergerak ke saluran reproduksi. Saluran reproduksi wanita terdiri dari oviduk, uterus, dan vagina.
Organ reproduksi luar wanita berupa vulva. Vulva merupakan celah paling luar dari organ kelamin wanita. Vulva terdiri dari mons pubis yang merupakan daerah atas dan terluar dari vulva yang banyak mengandung jaringan lemak. Bawah mons pubis terdapat labium mayor yang berjumlah sepasang. Didalam labium mayor terdapat labium minor. Labium mayor dan minor berfungsi untuk melindungi vagina. Gabungan mayor dan minor pada bagian atas labium membentuk tonjolan kecil yang disebut klitoris mengandung korpus kavernosa. Pada vulva bermuara 2 saluran, saluran uretra dan saluran kelamin. Oogenesis merupakan proses pembentukan ovum pada ovarium. Didalam ovarium terdapat oogonium, oogonium akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi setelah oosit sekunder memasuki oviduk namun sebelum itu oosit harus menembus korona radiate dan juga zona pelusida, di sperma bagian akrosomnya mengeluarkan hialurodinidase, akrosin, dan antifertilizin. Fungsi dari fertilizing itu sendiri mengaktifkan sperm, menarik dan mengumpulkan sperma. Kehamilan atau disebut gestasi, zigot dakan ditanam pada endometrium uterus, dalam perjalanannya zigot membelah diri secara mitosis berkali kali, hasil pembelahannya disebut morula. Morula akan tersu membelah membentuk blastosit tahap ini disebut blastula. Blastosit terdiri dari sel bagian luar dan sel bagian dalam. Pada sel bagian luar merupakan sel sel trofoblas yang membentuk tonjolan tonjolan yang berfungsi sebagai kait. Dan beberapa macam membrean kehamilan yaitu sakus vitelinus, korion, amnion, dan allantois. Sedangkan sel sel bagian dalam akan berkembang menjadi bakal embrio, pada bakal embrio ini terdapat ectoderm dan endoterm. Ectoderm melekuk membentuk lipatan mesoderm. Lapisan tersebut selanjutnya membentuk organogenesis. Ectoderm akan membentuk saraf, mata, kulit, dan hidung. Sedangkan mesoderm membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, dan kelenjar kelamin. Sedangkan endoderm system pencernaan dan system pernapasan. Dan selanjutnya masa penyempurnaan disebut juga sebagai masa janin atau fetus. Persalinan merupakan proses kelahiran bayi. Pada proses ini uterus akan berkontraksi secara berkala hngga bayi dilahirkan. Hormone yang berpengaruh terhadap kontraksinya uterus adalah estrogen, oksitosin, dan relaksin. Dan berbagai macam factor mekanis adalah adanya relaksasi otot pada uterus dan serviks, da nada juga kontraksi otot polos di sekitar uterus. Laktasi atau disebut juga produksi air susu berasal dari sepasan kelenjar susu atau payudara ibu. Pada awalnya pembentukan kelenjar susu dibentuk oleh mammotropin, selanjutnya prolactin yang berfungsi meningkatkan sekresi air susu. Dan yang terakhir somatomamotropin korion berfungsi sebagai penyokong prolactin. Keuntungan dalam pemberian ASI pada bayi di dalam ASI terkandung komponen yang sangat spesifik yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pada bayi, meningkatkan iq anak, dan terbentukanya ikatan emosional yang kuat antara sang ibu dan sang bayi. Gangguan pada system reproduksi wanita gangguan mestruasi adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3-6 bulan, kanker genitalia terjadi pada vagina serviks dan ovarium, kanker serviks adalah sel sel abnormal tumbuh disekitar epitel serviks, kanker ovarium, endometriosis adalah keadaan dimana endometrium terdapat diluar uterus, dan infeksi vagina. Sedangkan ganggunan sitem produksi pada pria hipogonadisme yaitu penurunan fungsi testis, kriptorkidisme adalah kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga abdomen ke dalam skrotum pada waktu bayi. Urethritis yaitu peradangan uretra, prostatitis yaitu peradangan prostat, epididymitis yaitu infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria, orkitis yaitu peradangan pada testis oleh virus parotitis.
Oogenesis
Oogenesis
merupakan proses pembentukan ovum di dalam ovarium. Di dalam ovarium
terdapat oogonium (oogonia = jamak) atau sel indung telur. Oogonium
bersifat diploid dengan 46 kromosom atau 23 pasang kromosom. Oogonium
akan memperbanyak diri dengan cara mitosis membentuk oosit primer.
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih di dalam kandungan, yaitu pada saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan, oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini tidak dilanjutkan sampai bayi perempuan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman). Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak perempuan hanya memiliki sekitar 200 ribu oosit primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertamanya. Oosit yang mengalami meiosis I akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupaakn oosit yang berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selanjutnya , oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II (meiosis kedua). Namun pada meiosis II, oosit sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi ovulasi. Jika tidak terjadi fertilisasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun jika ada sperma masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali. Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel) merupakan sel pembungkus penuh cairan yang menglilingi ovum. Folikel berfungsi untuk menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan seiring dengan perubahan oosit primer menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi folikel de Graaf (folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus luteum. Jika tidak terjaid fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
3.Hormon pada Wanita
Pada wanita,
peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan reproduksi
jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada
wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.
Siklus menstruasi
•Menstruasi → peristiwa luruhnya ovum yang
tidak
dibuahi beserta lapisan dinding uterus yang
terjadi secara periodik
•Hormon mempengaruhi perubahan pada endometrium → mempengaruhi siklus menstruasi
Menstruasi
(haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang
disertai pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak
dibuahi oleh sperma. Siklus menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum
yang berupa oosit sekunder dari ovarium disebut ovulasi, yang berkaitan
dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan ovarium. Hasil kerjasama
tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang mempengaruhi
mekanisme siklus menstruasi.
Untuk
mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah
adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi
pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari
pertama menstruasi, ovulasi terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak
hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi dikelompokkan menjadi empat
fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase ovulasi, fase
pasca-ovulasi.
Fase menstruasi
Fase menstruasi
terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus luteum
akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya
kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding
uterus yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan
endometrium sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis.
Peluruhan pada endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan
terjadinya pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya
berlangsung selama lima hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata
sekitar 50mL.
Fase pra-ovulasi
Pada fase
pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk
mengeluarkan FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di
dalam ovarium yang mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan
oosit primer akan tumbuh sampai hari ke-14 hingga folikel menjadi matang
atau disebut folikel de Graaf dengan ovum di dalamnya. Selama
pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon estrogen. Adanya estrogen
menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel penyusun dinding
dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen selama
pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir
yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan
sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Fase ovulasi
Pada saat
mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap
pelepasan FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH
menyebabkan hipofisis melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit
sekunder dari folikel de Graaf. Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu
saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf dan siap
dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-14.
Fase pasca-ovulasi
Pada fase
pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus
luteum. Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak
folikel de Graaf memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu
progesteron. Progesteron mendukung kerja estrogen dengan menebalkan
dinding dalam uterus atau endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh
darah pada endometrium. Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada
vagina dan pertumbuhan kelenjar susu pada payudara. Keseluruhan fungsi
progesteron (juga estrogen) tersebut berguna untuk menyiapkan penanaman
(implantasi) zigot pada uterus bila terjadi pembuahan atau kehamilan.
Proses
pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,
bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan
berubah menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan
produksi estrogen dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi
estrogen dan progesteron akan menurun. Pada kondisi ini, hipofisis
menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan selanjutnya LH, sehingga fase
pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase menstruasi berikutnya.
Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder, pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit sekunder.
Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
- Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
- Menarik sperma secara kemotaksis positif.
- Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.
Pada saat satu
sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian korteks
oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona
pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi
sperma juga merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder ,
sehingga dari seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II
dihasilkan tiga badan polar dan satu ovum yang disebut inti oosit
sekunder.
Segera setelah
sperma memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan
membesar. Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti
sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung
23 kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.
5.Gestasi (Kehamilan)
Zigot akan
ditanam (diimplantasikan) pada endometrium uterus. Dalam perjalannya ke
uterus, zigot membelah secara mitosis berkali-kali. Hasil pembelahan
tersebut berupa sekelompok sel yang sama besarnya, dengan bentuk seperti
buah arbei yang disebut tahap morula.
Morula akan
terus membelah sampai terbentuk blastosit. Tahap ini disebut blastula,
dengan rongga di dalamnya yang disebut blastocoel (blastosol). Blastosit
terdiri dari sel-sel bagian luar dan sel-sel bagian dalam.
Sel-sel bagian luar blastosit
Sel-sel bagian
luar blastosit merupakan sel-sel trofoblas yang akan membantu implantasi
blastosit pada uterus. Sel-sel trofoblas membentuk tonjolan-tonjolan ke
arah endometrium yang berfungsi sebagai kait. Sel-sel trofoblas juga
mensekresikan enzim proteolitik yang berfungsi untuk mencerna serta
mencairkan sel-sel endometrium. Cairan dan nutrien tersebut kemudian
dilepaskan dan ditranspor secara aktif oleh sel-sel trofoblas agar zigot
berkembang lebih lanjut. Kemudian, trofoblas beserta sel-sel lain di
bawahnya akan membelah (berproliferasi) dengan cepat membentuk plasenta
dan berbagai membran kehamilan.
Berbagai macam membran kehamilan berfungsi untuk membantu proses transportasi, respirasi, ekskresi dan fungsi-fungsi penting lainnya selama embrio hidup dalam uterus. Selain itu, adanya lapisan-lapisan membran melindungi embrio terhadap tekanan mekanis dari luar, termasuk kekeringan.
Sakus vitelinus
Sakus vitelinus (kantung telur) adalah membran berbentuk kantung yang pertama kali dibentuk dari perluasan lapisan endoderm (lapisan terdalam pada blastosit). Sakus vitelinus merupakan tempat pembentukan sel-sel darah dan pembuluh-pembuluh darah pertama embrio. Sakus vitelinus berinteraksi dengan trofoblas membentuk korion.
Korion
Korion
merupakan membran terluar yang tumbuh melingkupi embrio. Korion
membentuk vili korion (jonjot-jonjot) di dalam endometrium. Vili korion
berisi pembuluh darah emrbrio yang berhubungan dengan pembuluh darah ibu
yang banyak terdapat di dalam endometrium uterus. Korion dengan
jaringan endometrium uterus membentuk plasenta, yang merupakan organ
pemberi nutrisi bagi embrio.
Amnion
Amnion
merupakan membran yang langsung melingkupi embrio dalam satu ruang yang
berisi cairan amnion (ketuban). Cairan amnion dihasilkan oleh membran
amnion. Cairan amnion berfungsi untuk menjaga embrio agar dapat bergerak
dengan bebas, juga melindungi embrio dari perubahan suhu yang drastis
serta guncangan dari luar.
Alantois
Alantois
merupakan membran pembentuk tali pusar (ari-ari). Tali pusar
menghubungkan embrio dengan plasenta pada endometrium uterus ibu. Di
dalam alantois terdapat pembuluh darah yang menyalurkan zat-zat makanan
dan oksigen dari ibu dan mengeluarkan sisa metabolisme, seperti karbon
dioksida dan urea untuk dibuang oleh ibu.
Sel-sel bagian dalam blastosit
Sel-sel bagian
dalam blastosit akan berkembang menjadi bakal embrio (embrioblas). Pada
embrioblas terdapat lapisan jaringan dasar yang terdiri dari lapisan
luar (ektoderm) dan lapisan dalam (endoderm). Permukaan ektoderm melekuk
ke dalam sehingga membentuk lapisan tengah (mesoderm). Selanjutnya,
ketiga lapisan tersebut akan berkembang menjadi berbagai organ
(organogenesis) pada minggu ke-4 sampai minggu ke-8.
Ektoderm akan
membentuk saraf, mata, kulit dan hidung. Mesoderm akan membentuk tulang,
otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limpa dan kelenjar kelamin.
Endoderm akan membentuk organ-organ yang berhubungan langsung dengan
sistem pencernaan dan pernapasan.
Selanjutnya,
mulai minggu ke-9 sampai beberapa saat sebelum kelahiran, terjadi
penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tubuh yang pesat. Masa ini
disebut masa janin atau masa fetus.
6.Persalinan
Persalinan
merupakan proses kelahiran bayi. Pada persalinan, uterus secara perlahan
menjadi lebih peka sampai akhirnya berkontraksi secara berkala hingga
bayi dilahirkan. Penyebab peningkatan kepekaan dan aktifitas uterus
sehingga terjadi kontraksi yang dipengaruhi faktor-faktor hormonal dan
faktor-faktor mekanis.
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap kontraksi uterus, yaitu estrogen, oksitosin, prostaglandin dan relaksin.
Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh plasenta yang konsentrasinya meningkat pada saat persalinan. Estrogen berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin
Oksitosin dihasilkan oleh hipofisis ibu dan janin. Oksitosin berfungsi untuk kontraksi uterus.
Prostaglandin
Prostaglandin dihasilkan oleh membran pada janin. Prostaglandin berfungsi untuk meningkatkan intensitas kontraksi uterus.
Relaksin
Relaksin
dihasilkan oleh korpus luteum pada ovarium dan plasenta. Relaksin
berfungsi untuk relaksasi atau melunakkan serviks dan melonggarkan
tulang panggul sehingga mempermudah persalinan.
7.Laktasi
Kelangsungan
bayi yang baru lahir bergantung pada persediaan susu dari ibu. Produksi
air susu (laktasi) berasal dari sepasang kelenjar susu (payudara) ibu.
Sebelum kehamilan, payudara hanya terdiri dari jaringan adiposa
(jaringan lemak) serta suatu sistem berupa kelenjar susu dan
saluran-saluran kelenjar (duktus kelenjar) yang belum berkembang.
Pada masa
kehamilan, pertumbuhan awal kelenjar susu dirancang oleh mammotropin.
Mammotropin merupakan hormon yang dihasilkan dari hipofisis ibu dan
plasenta janin. Selain mammotropin, ada juga sejumlah besar estrogen dan
progesteron yang dikeluarkan oleh plasenta, sehingga sistem
saluran-saluran kelenjar payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan
kelenjar payudara dan jaringan lemak disekitarnya juga bertambah besar.
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik
kelenjar payudara selama kehamilan, pengaruh khusus dari kedua hormon
ini adalah untuk mencegah sekresi dari air susu. Sebaliknya, hormon
prolaktin memiliki efek yang berlawanan, yaitu meningkatkan sekresi air
susu. Hormon ini disekresikan oleh kelenjar hipofisis ibu dan
konsentrasinya dalam darah ibu meningkat dari minggu ke-5 kehamilan
sampai kelahiran bayi. Selain itu, plasenta mensekresi sejumlah besar
somatomamotropin korion manusia, yang juga memiliki sifat laktogenik
ringan, sehingga menyokong prolaktin dari hipofisis ibu.
Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
Gangguan menstruasi
Gangguan
menstruasi pada wanita dibedakan menjadi dua jenis, yaitu amenore primer
dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya menstruasi
sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa perkembangan seksual. Amenore
sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau
lebih pada orang yang tengah mengalami siklus menstruasi.
Kanker genitalia
Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada vagina, serviks dan ovarium.
Kanker vagina
Kanker vagina
tidak diketahui penyebabnya tetapi kemungkinan terjadi karena iritasi
yang diantaranya disebabkan oleh virus. Pengobatannya antara lain dengan
kemoterapi dan bedah laser.
Kanker serviks
Kanker serviks
adalah keadaan dimana sel-sel abnormal tumbuh di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dilakukan dengan mengangkat uterus, oviduk,
ovarium, sepertiga bagian atas vagina dan kelenjar limfe panggul.
Kanker ovarium
Kanker ovarium
memiliki gejala yang tidak jelas. Dapat berupa rasa berat pada panggul,
perubahan fungsi saluran pencernaan atau mengalami pendarahan vagina
abnormal. Penanganan dapat dilakukan dengan pembedahan dan kemoterapi.
Endometriosis
Endometriosis
adalah keadaan dimana jaringan endometrium terdapat di luar uterus,
yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk atau jauh di luar uterus,
misalnya di paru-paru.
Gejala
endometriosis berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit dan nyeri pada
masa menstruasi. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menyebabkan
sulit terjadi kehamilan. Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian
obat-obatan, laparoskopi atau bedah laser.
Infeksi vagina
Gejala awal
infeksi vagina berupa keputihan dan timbul gatal-gatal. Infeksi vagina
menyerang wanita usia produktif. Penyebabnya antara lain akibat hubungan
kelamin, terutama bila suami terkena infeksi, jamur atau bakteri.
Sumber : http://uphc5a3-biology11.blogspot.com/2012/11/sistem-reproduksi_17.html
http://ilmu-duniadanakhirat.blogspot.com/2012/10/rangkuman-bab-reproduksi-pada-manusia.html